Ketika seseorang mangkat. Para pengiring jenazah didera haru. Dan setelah prosesi doa sambutan usai, tolan dan para kerabat itu akhirnya pulang juga kerumahnya. Tetapi, adakah yang teringat siapakah gerangan para tukang gali kuburan?
Maka sadarlah bahwa sesungguhnya tidak ada satu pun kenikmatan tanpa jasa orang lain yang bahkan tidak pernah kita kenal. Dialah ‘orang -orang lemah’ yang telah berjasa menapaki jalan panjang untuk menghantarkan sepiring nasi di atas meja hidangan.
Sungguh kita sering melupakan jasa mereka. Kita lupa, siapa gerangan paraji, dukun beranak atau bidan yang membantu pesalinan ketika kita lahir. Kita pun sudah lupa siapa nama guru SD kelas satu. Padahal dialah manusia pertama yang mengajarkan huruf dan angka.
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya kalian akan diberi rejeki dan pertolongan karena jasa kelompok orang-orang yang miskin.” (HR Abu Dawud)
Pada hati yang hancur ada kekuatan yang memberikan cahaya bagi orang yang mau memperhatikannya. Sehingga, Allah berfirman bahwa salah satu ciri orang yang bertakwa adalah mereka yang menyadari bahwa pada harta mereka ada hak orang yang meminta maupun yang tidak meminta (QS Adz Dzaariyaat [51]: 20)
Pantaslah Allah menghardik orang-orang yang asyik mengerjakan shalat sebagai pendusta agama, karena mereka tidak peduli dengan kaum mustad’afin. Kita diminta untuk bersedekah, mengulurkan tangan meringankan penderitaan orang lain, baik secara terang-terangan atau bersembunyi.
Allah telah menciptakan segala sesuatunya secara berpasang-pasangan (QS Adz Dzaariyaat [51]: 49). Tidak mungkin ada langit tanpa bumi. Tak akan ada presiden tanpa rakyat. Direktur tanpa karyawan.
Maka kehadiran orang lain adalah berkah llahi. Kehadiran kita, kebahagiaan dan kedudukan kita terasa tidak berarti tanpa kehadiran orang lain.
Inilah salah satu inti ajaran Islam yang menghantarkan kita untuk memuliakan manusia. Terkenang kita akan pesan Rasulullah dalam pesan- pesannya yang disebut khutbatul wada, “Sesungguhnya darahmu (damman), hartamu (amwaal), serta kehormatanmu itu suci (A’rada).”
Maka itu, kita hendaknya menyempurnakan amal-amal dengan melakukan tanafus yaitu meningkatkan dan memperbanyak amal sosial. Karena, kita tidak bisa hidup sendirian.
* KH. Toto Tasmara, Penerbit Gema Insani Press
ConversionConversion EmoticonEmoticon