gambar |
Alhamdulillah makanan khas yang satu ini saya sudah pernah mencobanya. Walaupun harganya mahal, namun sebanding denga cita rasa yang saya dapatkan. Waktu itu saya membeli seharga IDR 15.000, dengan merk "Makhada" artinya "Makanan Khas Samarinda."
Pada kemasan tertuliskan 10% gula dan sisanya adalah durian. Wow, bisa dibayangkan deh rasanya. Mungkin bagi Anda yang tidak suka dengan cita rasa durian, jangan takut untuk mencoba makanan khas yang satu ini. Dijamin bakalan ketagihan. Hehe..
Industri penganan lempok durian, belakangan ini, semakin menggeliat. Bahkan, jumlah pengusaha panganan khas Kalimantan Timur ini terus bertambah. Hal itu juga menyebabkan pelaku bisnis --yang di masa silam menganggap bisnis ini kurang menjanjikan-- melakukan pembaruan.
Andrian Nopel, misalnya. Warga Sungaikunjang, Samarinda, ini merasa perlu memperbaiki manajemen usahanya. Andrian juga melakukan perubahan sistem kerja pembuatan lempok durian, jika pada awal usahanya memakai alat-alat tradisional seperti kuali dan kayu bakar, kini ia menggunakan mesin yang lebih produktif.
Adrian menjelaskan, untuk membuat lempok, diperlukan durian segar dan matang. Bahan baku tersebut diperolehnya dari sejumlah daerah di pedalaman hulu Kalimantan, Jawa, dan Sumatra. Sedianya, durian tersebut bakal dicampur sejumlah bahan lainnya. Selanjutnya, adonan diaduk menggunakan mesin berbahan bakar gas. Setelah matang, lempok durian dikemas dalam bermacam ukuran yang akan menentukan harga. Untuk ukuran besar dijual seharga Rp 20 ribu per kemasannya. Sedangkan ukuran sedang dan kecil, masing-masing dijual Rp 10 ribu dan Rp 5 ribu per kemas.
Sayangnya lempok ini sangat jarang dikenal oleh masyarakat se-Nusantara dan dunia. Mungkin karena managementnya atau memang media pengiklanannya. Yah, boleh dibilang, lain dulu lain juga sekarang. Bisa jadi pada zaman yang serba internet sekarang ini, keberadaan lempok diran khas Samarinda bisa lebih dikenal.
Saya pribadi yang sudah pernah merasakan makanan ini, memberi skor 100%. Tidak berlebihan menurut saya. Karena saya sangat hoby yang namanya kuliner, jadi kurang dan lebih saya bisa menilai. Tidak kalah dengan lempok yang lain. Mungkin ini lebih enak. Karena lebih mahal kali ya? Kata orang, "ada harga ada rupa." Yang ini, "ada harga, ada rasa."
Bagaimana dengan Anda?
Sumber: dari berbagai sumber.
ConversionConversion EmoticonEmoticon